Minggu, 28 Oktober 2012

Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim bukanlah makam Nabi Ibrahim AS. Maqam Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim membangun Ka'bah. Letak Maqam Ibrahim ini hanya sekitar 3 m dari pintu Ka'bah, atau seblah timur, searah dengan Bab Al Sala
m (Babussalam).
Pada saat membangun Ka'bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat naik dan turun sesuai keperluan Nabi Ibrahim saat membangun Ka'bah.
Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih tampak dan jelas dilihat. Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, disekeliling Maqam Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat sangkar besi seperti sangkar burung.
Saat melaksanakan Umroh dan Haji, Maqam Ibrahim adalah salah satu tempat yang makbul untuk berdoa. Kita bisa melakukan sholat dua rakaat di sekitar Maqam Ibrahim.

"(Ingatlah) ketika kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat aman bagi manusia. Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim tempat shalat. Dan, telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, 'Bersihklanlah Rumah-Ku untuk orang-orangyang tawaf, orang-orang iktikaf, orang-orang yang rukuk, dan orang-orang yang sujud'."(QS Al-Baqarah :125).
Rasulullah SAW mencontohkan dari hadis Jabir bin 'Abdillah ra, "Lantas Nabi SAW menjadikan Maqam Ibrahim antara dia dan Ka'bah, lalu beliau melaksanakan shalat dua rakaat. Dalam dua rakaat tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (Surah Al-Ikhlas) dan Qul-yaa ayyuhal kaafirun (Surah Al-Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakkan, beliau membaca Qul-yaa ayyuhal kaafirun (Surah Al-Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (Surah Al-Ikhlas)." (Disebutkan oleh Syaikh Al Abani dalam Hajjatun Nabi SAW).
Maqam Ibrahim adalah sebuah batu tempat Ibrahim saat pembangunan Ka'bah. Ketika dinding sudah semakin tinggi, Ibrahim naik keatasnya sedangkan Ismail mengambil dan menyerahkan batu kepada Ayahnya. Lalu, Ibrahim meletakkan batu itu dengan tangan untuk meninggikan Ka'bah. Setelah menyelesaikan satu dinding , dia pun beralih kedinding yang lain. Dia berkeliling disekitar Ka'bah, berpindah dari satu dinding ke dinding yang lain hingga Ka'bah selsesai dibangun.
Jejak telapak kaki Ibrahim jelas terlihat di batu ini, Bahkan, bangsa Arab Jahiliyah sudah mengenalnya.Anas bin Malik meriwayatkan, "Aku lihat maqam bekas jari jemridan pijakkan kedua telapak kakinya. Tetapi lama kelamaan terhapus oleh tangan - tangan orang yang menyentuhnya."
Abdullah bin Abbas berkata, " DiBumi ini tidak ada suatu benda dari surga selain Hajar Aswad dan batu Maqam Ibrahi, keduanya termasuk permata-permata surga. Seandainya tidak pernah disentuh orang musyrik, maka setiap orang cacat yang menyentuhnya pasti akan disembuhkan oleh Allah SWT.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara dan mendengarkan karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Sumber: Republika – Ustadz Erick Yusuf Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)

Kamis, 25 Oktober 2012

Rukun Haji Paling Utama : Wukuf di Arafah

JEDDAH – Wukuf di Arafah merupakan “rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain”. Beribadah haji tanpa wukuf di Arafah tidak sah hajinya atau batal hajinya.

 Sebagaimana ditegaskan oleh Rasullullah SAW dalam salah satu hadits:
“Haji adalah ‘Arafah, barangsiapa datang pada malam perkumpulan sebelum terbitnya fajar, maka sesungguhnya dia telah menemukan Haji“ (Abu Dawud dan yang lainnya)


Persiapan wukuf dilaksanakan sejak tanggal 8 Dzulhijjah, seluruh jamaah haji berangkat menuju ke Arafah dengan berpakaian ihram dan niat untuk haji dari pemondokan di Makkah. Pada malam hari seluruh jamaah haji telah berada di Arafah dan memperbanyak dzikir, berdo’a, dan membaca al-Qur’an. Pelaksanaan wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai setelah zawal (tergelincir matahari) sampai terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.

Sebagai ibadah badaniah (ibadah fisik) pelaksanaan wukuf lebih fleksibel dari ibadah lainnya, jamaah haji yang melaksanakan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Pada saat melaksanakan wukuf disunahkan untuk memperbanyak dzikir, berdo’a, tafakkur dan tadabbur, serta membaca al-Qur’an.

Berdoalah yang baik-baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbicara atau berbincang-bincang tidak dilarang sepanjang tidak membicarakan yang kotor, berdebat atau bertengkar. Pada hari wukuf (yaumil ‘Arafah) tanggal 9 Dzulhijjah, disebut yamuil barakah, yaumil ijabah, karena pada hari itu Allah akan mengabulkan do’a dan permohonan hamba-Nya (jemaah haji).

Oleh karena itu disarankan berdo’a yang baik untuk kebaikan dan keberkahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak dibenarkan berdo’a yang jelek (negatif), karena akan membawa kemudharatan bagi diri sendiri.

Pelaksanaan wukuf diawali dengan khutbah wukuf oleh pembimbing ibadah atau ulama/kyai, kemudian shalat dzuhur dan ‘ashar jama’ taqdim dan diqashar, baik berjamaah atau munfarid (sendiri), diakhiri dengan do’a wukuf. Selanjutnya masing-masing jamaah haji dipersilakan untuk memperbanyak istighfar, berdzikir, berdo’a, dan membaca al-Qur’an.

Untuk menyempurnakan pelaksanaan wukuf dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan wukuf, jamaah haji diharapkan menghindari seluruh larangan ihram, seperti:

• berpakaian yang berjahit dan memakai penutup kepala yang melekat di kepala
• memakai sepatu yang menutup mata kaki (bagi laki-laki) • memakai wangi-wangian, memotong atau   mencabut rambut, memotong kuku
• menutup muka dan memakai sarung tangan (bagi wanita),
• memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan di tanah haram, berburu binatang darat
• bercumbu atau berhubungan badan antara suami isteri, serta 
• melaksanakan akad nikah dan meminang.

 Catatan:
 Agar wuquf kita sah:

 • Pertama, Wuquf haruslah masuk dalam rentang waktu antara Dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai fajarnya hari Nahr (korban). Artinya, kalau wuquf dilakukan sebelum atau sesudah rentang waktu tersebut maka tidak dianggap Haji. Dalam Wuquf ini sudah dianggap sah kalau memang sudah menemukan sedikit waktu dari rentang waktu di atas, akan tetapi yang lebih baik adalah menggabungkan (menemukan) waktu siang dan malam, lalu kalau memang Hujjaj keluar meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari terbenam, maka sunah baginya menyembelih hewan Dam, namun hal ini tidaklah wajib, karena dia telah bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh RasulullahSAW.
• Kedua, Wuquf harus masih berada dalam zona ‘Arafah dimana berada, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim dalam hadist shahihnya: “Perhatikan, disinilah aku wukuf dan seluruh ‘Arafah adalah tempat (berwuquf)“
 Sumber :jurnalhajiumroh.com

Makna Sa'i dalam Haji


Dalam shahih al-Bukhari terdapat sebuah riwayat dari Ibnu Abbas. Ibrahim meninggalkan Hajar bersama anaknya, Ismail yang masiih menyususi, di suatu tempat di Makkah. Dia hanya meninggalkan untuk mereka satu kantung dan satu wadah tempat minum. Ketika air dalam kantung itu habis, Siti Hajar segera pergi dan mendapati Shafa, bukit terdekat.

Dia pun menaikinya, lalu berdiri di atasnya, kemudian dia memandang sekeliling, ternyata dia tidak meliahat seorang pun. Lantas, dia menuruni bukit Shafa dan menuju bukit Marwah. Dan dia pun berdiri di bukit Marwah dan di sana juag tidak terlihat seorang pun. Dia terus melakukan terus hal itu sampai tujuh kali. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda. "Karena itulah, orang-orang melaksanakan Sa'i di antara keduanya.

Setelah berada di puncak lelahnya, dan tenaganya pun terkuras habis. Siti Hajar terjatuh lemas dan pada saat itu pertolongan Allah SWT datang. Dan muncullah air Zam-zam sampai hari ini dan insya Allah sampai akhir jaman nanti.

Sering kali ketika ujian datang dari Allah, pertolongannya berada pada titik akhir upaya dan kesungguhan seseorang. Optimisme dan kesungguhan dalam berupaya itulah yang mesti kita impementasikan dalam keseharian kita. Pertama kita mestilah yakin bahwa seluruh kesulitan bahkan kemudahan adalah ujian dari Allah. Selanjutnya setelah yakin, tugas kita hanyalah berusaha dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah lah untuk berharap hasilnya.

Siti Hajar pun telah mengetahui bahwa dibalik bukit Shafa dan Marwah tidak seorang pun yang telah mendatanginya, tapi Siti Hajar terus melakukannya sampai titik penghabisan tenaganya dan dengan tidak henti-hentinya berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Itulah yang semestinya kita semua lakukan dalam keseharian.


Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syair (agama) Allah. Maka, barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa'i antara keduanya. dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maska sesungguhnya Allah maha mensyukuri, Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah :158).

Masyair Muqaddas

Masyair Muqaddas adalah tempat-tempat suci seperti Mina, Muzadlifah, dan Arafah. Jamaah haji diharuskan mengunjungi tempat tersebut karean ritual ibadah yang mesti dilaksanakan ditempat tersebut. kata Mina sering disebut "Muna" adalah bentuk dari jamak "al-Munyah" yang berarti keinginan atau harapan. arti lain dari mina adalah mengucurkan darah. Mina adalah jalan lembah yang disinggahi oleh jamaah haji untuk melempar jumrah. Dinamakan Mina lantaran darah dialirkan padanya. Ibnu al-Arabi mengatakan "orang-orang datang ke Mina dan Allah menjadikan sesuatu yang diinginkan, dia menakdirkannya, dan hal itu dinamakan Mina." Ibnu Syumail mengatakan "Disebut Mina karena domba jantan (kibas) di sembelih di sana.

Muzdalifah, yaitu tempat jamaah haji diperitahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah disebut juga dengan nama "perkumpulan". Dinamakan demikian karena orang-orang berkumpul di sana.

Arafah disebut juga al-Masy'aril Haram, al-mas'yar aqsa, dan llal'ala wazn hilal. gunung yang terdapat di tengahnya adalah Jabal Rahmah. Dinamakan Arafah karena Jibril pernah memperlihatkan manasik kepada Ibrahim. Ibrahim lalu berkata "Araffu, (aku telah tahu). sebab itulah dinamakan Arafah.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berada di Arafah sebelum terbit fajar, niscaya telah mendapatkan haji." dalam riwayat yang disampaikan dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, "Siapa saja yang menyaksikan shalat kami ini, lalu wukuf bersama kami hingga kami selesai, dan dia pernah melakukan wukuf sebelm itu pada waktu malam atau siang hari, berarti telah sempurna haji dan ibadahnya. (HR. Imam Ahmad, hadist ini dinyatkan shahih oleh at-tarmidzi)
 

Rabu, 24 Oktober 2012

Keistimewaan Hajar Aswad

Rasullullah Muhammad SAW menjelaskan hajar aswad adalah batu yang diturunkan Allah SWT dari surga yang pada awalnya warna batu itu lebih putih daripada susu, Namun. Dosa-dosa yang dilakukan oleh umat manusia mengubah nya menjadi hitam.
Dari Ibnu Abbas RA dia berkata. "Rasulullah SAW bersabda; "Hajar Aswad turun dari jannah dalam kondisi berwarna lebih putih dari susu. kemudian, dosa-dosa anak Adamlah yang mengubahnya hitam kemerah-merahan". Berada disudut selatan Ka'bah tingginya kira-kira 1.110 meter dari permukaan tanah dan menempel didinding Ka'bah.
Pada awalnya, hajar aswad berupa batu dengan diameter sekitar 30 sentimeter ,karena berbagai peristiwa yang menimpanya. Kini hajar aswad yang tersisa adalah delapan butir batu kecil sebesar kurma yang dikelilingi oleh bingkai perak, tidak semua yang terdapat di bingkai perak adalah hajar aswad.

Butiran-butiran hajar aswad tersebut tepat berada di tengah bingkai. Butiran inilah yang disentuh dan dicium oleh jamaah haji / umroh, hajar aswad selalu dimuliakan sejak masa jahiliah hingga islam datang.
Rasulullah Muhammad SAW menegaskan bahwa ia akan menjadi saksi di hari kiamat bagi mereka yang memnyentuhnya. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah akan membangkitkan batu ini pada hari kiamat dengan mempunyai dua mata untuk melihat dan lidah untuk berbicara yang akan menjadi saksi bagi siapa yang menyentuhnya dengan benar. “[HR Ahmad Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah Dan Hakim].
Dalam pelaksanaan ibadah Haji Dan Umrah, hal pertama yang harus dilakukan oleh orang yang ingin melakukan thawaf adalah mencium atau menyentuh atau member isyarat dari jauh kepada hajar aswad.
Jabir Bin Abdullah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW ketika sampai di Makkah, Beliau mendatangi hajar aswad dan menyentuhnya dengan tangan beliau, kemudian beliau berjalan ke sebelah kanannya.Beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga kali putaran dan berjalan biasa sebanyak empat kali putaran. (HR. Muslim)
Dan, Nabi Muhammad SAW juga mencium batu itu pada waktu melaksanakan ibadah haji yang kemudian diikuti umatnya. Umar RA meriwayatkan bahwa ia mendatangi hajar aswad dan menciumnya, kemudian berkata." Saya mengetahui kamu hanyalah sekedar batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat. Dan kalau aku tidak melihat Nabi Muhammad SAW menciummu, maka aku tidak akan menciumu" (HR Bukhari Muslim)

Kalau orang tidak mampu menciumnya, ia boleh menyentuhnya dengan tangannya atau dengan suatu benda,lalu mencium tangan atau benda tersebut.
Mencium hajar aswad adalah perkara sunnah, sedangkan menyakiti orang lain adalah haram, maka janganlah mengerjakan yang haram demi mendapatkan yang sunah, karenanya, bagi jamaah haji / umroh tidak boleh memaksakan untuk mencium atau menyentuh hajar aswad jika kondisinya tidak memungkinkan. Apalagi, jika sampai menyakiti dan membahayakan orang lain. Itu adalah perbuatan haram yang akan merusak kesempurnaan ibadah haji